Prostitusi di Kabupaten Kuningan

Saya dapat cerita ini dari obrolan dua orang wartawan lokal kuningan, saat itu saya sedang duduk istirahat di Rest Area Cirendang, kebetulan pulang kerja suka mampir disana sambil isi perut. Topik obrolan mereka membuat perhatian saya terfokus, ya isinya tentang dunia malam di kuningan gitu. Kalau dinarasikan kedalam sebuah judul kira-kira seperti ini: Dimanakah Pusat Prostitusi Kabupate Kuningan dan Bagaimana Perkembangannya Saat Ini?

Obrolan mereka diawali dengan saling tukar sapa antar dua orang anak manusia yang seperti habis terpisah berabad-abad lamanya, saling rangkul, saling pandang dan saling tawar menawar jajanan. Saya aga risih sih ngeliatnya tapi saya abaikan saat itu karena tempat duduk udah gak ada lagi. Lalu dimulailah kisah perdalangan mereka tentang Prostitusi. Awalnya sih saya tak begitu memperdulikan obrolan mereka, tapi lama-lama kok materi diskusi mereka makin menarik. Saya dengerin aja tuh obrolan mereka sambil menikmati mie ayam pesenan. Asik lah pokonya.

Isi obrolan mereka saya rangkum kira-kira seperti ini:

Kondisi prostitusi di Kabupaten Kuningan bisa dibilang sedikit meredup dari sebelum-sebelumnya, ini dikarenakan regenerasi PSK yang makin sulit. Terlepas dari itu dibeberapa tempat bisnis ini masih menggeliat. Contohnya di sekitaran Sangkanurip, Perempatan Badorasa dan Linggarjati. Para pelaku PSK rata-rata berusia 20-40 tahun dan uniknya kebanyakan mereka bukanlah penduduk asli Kabupaten Kuningan dan jumlah mereka diperkirakan 40an PSK.

Saya pernah bertemu salah seorang pelaku prostitusi wanita muda, ternyata logat bicaranya jawa. Yap ternyata dia asli Brebes. Apakah ada pelaku PSK lokal Kuningan? Jawabannya ada, hanya saja mereka bermain tertutup dan melayani pelanggan tertentu saja. Sayangnya untuk pelaku PSK lokal ternyata masih pada belia usianya, kebanyakan adalah gadis putus sekolah.

Tarif yang diketahui rata-rata 50.000,- s/d 12.000.000,-. Golongan PSK elit adalah dikawasan bandorasa, para pelanggannya ternyata kebanyakan dari luar Kuningan, contohnya Cirebon. Selain itu pelanggan lokal juga masih banyak. PSK murah konon yang usianya diatas 35 tahun dan bahkan pernah ada yang hanya dibayar 35.000 saja.

Kebanyakan mereka bertransaksi lewat ponsel dan BBM, biasanya pelanggan akan menjemput PSK pesanan dengan mobil. Rata-rata mereka pergi keluar kota Kuningan, ada juga yang menyewa hotel melati disekitaran situ dan bahkan kalau yang murah cukup disemak belukarpun jadi.

Ada sedikit cerita berbeda, Lokasi prostitusi kawasan Pujasera Kuningan pelaku PSK nya adalah Waria, generasi Waria Pujasera tahun 2004 cukup banyak, namun saat ini hanya tersisa satu PSK Waria saja, itupun usianya sudah tua dan sekarang sakit-sakitan. Pujasera hampir kehilangan PSK pemangkalnya, lagi-lagi regenerasi yang mengikis eksistensi mereka. Selain itu, HIV adalah salah satu penyebab menghilangnya konsistensi mereka.

Terlepas dari itu semua, gaya hidup moderat memaksa sebagian kaum malam bertahan dalam kehidupan kelam. Tanpa harus dipedulikan, mereka akan terus ada sampai kapanpun dan hidup sesuai hati nurani mereka. Saya hanya bisa berharap semoga apapun yang terjadi tidak harus menghakimi keadaan.

Salam