Wednesday, 21 September 2016

Kisahku Mendaki Gunung Ciremai


Sebagai putra Kuningan asli, belum lengkap rasanya jika belum pernah mendaki Gunung Ciremai. Sebagai mahasiswa, dulu saya suka muncak dengan teman-teman sejawat. Maka dari itu Gunung Ciremai pun kami daki.

Masih teringat, saat itu waktu mendekati tahun baru. Desember 2008 saya dengan teman-teman merencanakan perayaan tahun baruan dipuncak Gunung Ciremai. Sepakatlah kami bertujuh untuk muncak Ciremai. Walaupun kondisi saat itu sedang musim hujan, tapi kami nekat untuk tetap muncak. Segala sesuatu dipersiapkan sematang mungkin, bekal dikumpulkan selengkap mungkin. Setelah semua siap dan waktu tiba, berangkatlah kami bertujuh.

Kami mengambil jalur Palutungan yang dianggap landay tidak ekstrim namun jalurnya panjang. Waktu pemberangkatan sore, rencana mengejar Sunrise. Pendakian dimulai setelah mendaftar. Naik dan naik jalan yang ditemui. Setelah satu jam melakukan perjalanan, kami sempatkan berkemah sebentar diPOS 1 (kalau tidak salah). Makan dan istirahat solat disana. Setelah Isya, kami lanjutkan perjalanan, wih malam-malam jalan setelah hujan, gila susahnya minta ampun. Ditambah beban tas Keril yang sangat berat, bayangkan 80L penuh saya gendong dipungung. Semalaman kami diperjalanan, sesekali istirahat sekedar untuk minum melepas haus dan lelah.



Jalurnya begitu sulit, gelap gulita, perasaan serasa melayang entah dimana. Sesekali menemui jalur ekstrim yang curam dan super licin, kadang untuk melewati sebuah tanjakan bisa memakan waktu 30 menit sampai 1 jam. Saking sulitnya dan tuntutan kehati-hatian yang wajib dipegang setiap pendaki, kami melakukan perjalanan yang cukup lama. Ketika menemui sebuah POS peristirahatan, kami selalu menyempatkan istirahat duduk atau tidur sejenak dan memasak kopi serta menyalakan rokok. Dalam kondisi seperti itu, tak terfikirkan hewan buas atau monster malam, yang terlintas dibenak hanyalah "awas jurang-awas jurang".

Perjalanan sulit nan melelahkan kami lalui semalaman penuh. Setelah mendekati puncak, kami berkemah di Goa Walet. Mengumpulkan air dan memasak, setelah cukup istirahat makan, perjalanan dilanjutkan ke puncak tanpa membawa tas karena disimpan ditenda.





Setelah sampai dipuncak ternyata cuaca mendung gerimis, tak terlihat apa-apa karena kabur tebal banget. Duh perayaan tahun baruanpun terasa hambar karena cuaca. Angin kencang dan dinginnya ga ketulungan. Saat itu pukul 05.30, Sunrise yang diidamkan tidak terlihat, kondisi puncak sepi dan hanya rombongan kami disana. Ya sudah, kami hanya foto-foto saja dan sesekali ngopi dan merokok. Setelah dirasa cukup puas, turunlah kami, nah saat setengah perjalanan menuju tenda, badai besar melanda, kami basah kuyup, hujan lebat dan tidak ada tempat berteduh. Perjalanan terus dilanjutkan ke tenda, setelah sampai ditenda Ya Tuhan tendapun kebanjiran.

Terpaksa sedang dingin, kami mandi di air Goa, huahaha airnya dingin gila. Kondisi serba susah, beku dan lapar. Cara menguatkan badan adalah dengan makan, tetapi karena cadangan makanan tipis kami hampir kelaparan dan sakit. Tetapi ajaib, kami kuat.

Setelah badan bersih dan perut terisi, kami tidur sebentar di Goa Walet dan itu adalah pengalaman yang gila. Kami tidur diatas genangan air karena tenda kebanjiran, kondisi didalam tenda basah dan haaa gila. "Saya kuat saya kuat saya kuat".

Pokonya tidur ga nyenyak, merasakan dingin disertai hujan lebat. Gila, tidur yang menyiksa.

Selama dalam lamunan setengah tidur, ternyata para pendaki lain mulai berdatangan dan merekapun mendirikan tenda disekitaran kami. Pas bangun, huaaa ternyata Goa Walet penuh dengan tenda.


Beberapa jam kemudian, kami turun, mereka naik. Kami hanya berfoto bersama dan sekedar kenalan ringan. Say hay untuk teman semua. Keren.

Sampai dibawah di POS palutungan magrib, itupun kondisi tetap hujan lebat. Huah. Selesai dan tamat.

No comments:

Post a Comment