Kemarin malam, istri ngambek padaku. Penyebabnya adalah gara-gara tumbuh dua bintik jerawat di kening dan bintik-bintik hitam di hidungnya.
"Ini semua gara-gara Abang! Aku jadi jerawatan gini," seru istri padaku.
Setelah beberapa detik terbengong-bengong, aku beranikan diri untuk berucap, "Loh, aku salah apa?"
"Tau, ah." Istriku menutup teleponnya. Saat kutelepon balik, ia tetap tak mau menerima.
Aku terheran-heran. Aneh, kenapa istri yang jerawatan, tapi aku yang disalahin? batinku.
Namun, aku langsung ingat pada satu hukum yang berbunyi:
1. Perempuan tidak pernah salah.
2. Jika ternyata perempuan melakukan kesalahan, penyebabnya pasti laki-laki.
Berkaca dari hukum di atas, maka aku memutuskan untuk minta maaf pada istri.
"Maafkan abang ya Neng. Abang yang sudah menyebabkan jerawat itu muncul secara ugal-ugalan di kening Neng. Maafkan juga karena abang yang menyebabkan komedo tak ngerti adat itu muncul di hidung Neng."
Pesanku tak terbalas. Hingga tadi pagi tiba-tiba ia mengirim pesan,
"Kalau aku ga menarik lagi, apa Abang masih tetap cinta aku?"
Aku membaca pesan itu berkali-kali. Aih, jadi inikah yang menyebabkan istriku ngamuk-ngamuk tadi malam? Ah, mungkin istri takut jerawat itu membuatnya jelek dan tak menarik lagi di mataku, hingga nanti aku main hati dengan wanita lain. Istriku pasti lupa kalau hanya dia satu-satunya wanita yang dulu terpaksa mau nikah sama aku.
Agar menentramkan suasana, aku balas pesan tersebut,
"Abang akan selalu sayang sama Neng. Apapun yang terjadi pada kening dan hidung Neng."
Terjawab kembali, "Bohong. Pasti abang bohong."
"Aku ga bohong, sumprit, Neng."
"Tau ah. Aku ga percaya."
"Aku sayang kamu. Sungguh."
Tak terbalas.
"Kalau tak percaya, belahlah dadaku."
Lagi-lagi tak dibalas.
"Aku siap mengarungi selat Madura hanya untukmu. Tapi aku boleh pakai motor lewat Suramadu, ya?"
Sunyi.
Aku menepuk jidat. Cobaan apa lagi ini, Ya Allah?
Hingga pada siang hari aku memutuskan pergi ke bank, mentransfer gajiku bulan ini ke rekening BRI istri. Setelahnya, kukirim pesan lagi,
"Barusan abang sudah transfer ke rekeningnya Neng, sekian juta. Itu masih sebagian gaji. Sebagiannya lagi abang kirim tiga hari lagi."
Ajaib. Tiba-tiba, handphone-ku berklunting. Pesanku terbalas cepat.
"Kali ini Neng percaya kalau Abang sayang sama Neng. Ah, Neng beruntung punya suami seperti Abang."
Aku menyeka peluh di dahi. Alhamdulillah, akhirnya istri percaya juga padaku.
Ternyata kata TRANSFER, pada jaman sekarang dianggap lebih romantis oleh istri daripada kata CINTA.
Wahai para suami,dengarkanlah wasiatku ini, jika nanti istri Anda tiba-tiba bertanya, "Kalau aku sudah tidak cantik lagi, apakah Mas masih CINTA padaku?"
Maka, segeralah peluk ia dan ucapkan. "Percalah, Sayang. Aku akan selalu TRANSFER padamu."
Pasti nanti istri Anda akan langsung melonjak girang sambil berseru, "Olala, Mas adalah suami yang paling romantis di dunia ini!"
No comments:
Post a Comment