Saya lahir dalam keluarga yang biasa saja. Seperti kebanyakan pasangan didesa, konon emak dijodohkan oleh orang tuanya. Awalnya sih emak engga mau sama bapak, tapi karena ceramah orang tua tujuh hari tujuh malah, akhirnya emak mengiyakan buat dikawinkan. Kedua pasangan ini menjalani rumah tangga biasa saja, seperti kebanyakan keluarga didesa, mereka adalah keluarga petani, bapak kesawah dan emak dirumah.
Sampai pada akhirnya saya lahir mereka tetap keluarga petani, emak dirumah dan bapak pergi kesawah. Bapak juga punya kerbau dan kambing (dulu), terus punya sapi dan kambing lagi (dulu). Sekarang sih punya kelinci.
Selain mengandalkan pemberian dari bapak, emak juga sesekali mencari tambahan uang jajan dengan mencari dagangan buat dijual, seperti misal daun melinjo gitu, ya gitu deh.
Bapak adalah petani yang ulet, emak adalah ibu rumah tangga yang rajin. Bapak kalo disawah itu biasa sampe malam, mau hujan, mau angin biasanya sebelum tengah malam ya engga pulang. Engga tau deh kenapa bapak suka lama disawah, mungkin disawah adem kali jadi enak berlama-lama.
Pernah sekali bapak disawah engga pulang-pulang sampe dini hari, eh ternyata bapak nyari cangkulnya yang hanyut kebawa air sungai. Kalo hujan kan air sungai suka meluap tuh, nah ga sengaja cangkulnya hanyut, terus ga ketemu.
Emak juga punya cerita. Emak pernah jatuh dari pohon, kondisi saat itu sedang hamil anak kedua, nah kandungan emak keguguran dan pendarahan hebat. Tapi gak terlalu lama sih langsung sembuh seperti biasa lagi.
Seharusnya emak punya empat anak, tapi dua meninggal dan duanya lagi yaitu saya serta adik saya (anak ke-4). Jadi gini, anak pertama itu saya, kedua keguguran, ketiga meninggal diusia dua tahun dan ke empat adik saya yang perempuan.
Bapak dulu sempat merantau ke Sumatera, hampir enam tahun disana. Setahun sekali balik kampung. Bapak kerja jadi sopir kendaraan berat. Setelah berhenti kerja ya sekarang jadi petani lagi. Hidup petani...
