Thursday 5 October 2017

Persaratan Membuat SKCK


Persaratan Membuat SKCK Polres 2021
1. Fotocopy KK 1 lembar
2. Fotocopy KTP 1 lembar
3. Fotocopy Kartu Sidik Jari 1 lembar/ Rumus sidik jari (ada di SKCK lama)
4. Fotocopy Akte Kelahiran 1 lembar
5. Foto Berwarna 4x6 6 lembar*
6. Mengisi Formulir
7. Biaya Rp. 30.000,-

Keterangan:
* Foto berlatar merah

Update Juni 2021

Wednesday 3 May 2017

Pengalaman Naik Kereta Api Kelas Ekonomi 2010



2010 naik kereta api kelas ekonomi, saat itu ada acara naik gunung sama anak-anak satu geng. Karena lokasi gunungnya jauh, jadi kami putuskan untuk naik kereta.

Sang komando menginstruksikan naik kereta ekonomi jurusan Bandung - Kediri (kalau tidak salah), nama keretanya juga lupa. Harga tiket per orangnya 48.000. Hah saya kaget, murah banget tiketnya. Saya naik dari stasiun Tasik Kota menuju Solo Balapan. Tiket sudah ditangan dan tinggal menunggu waktu kedatangan kereta.

Dalam hati berpikir, bakal asik nih naik kereta. Pukul 01.45 wib kereta pun datang, masuklah saya. Saat sudah dalam gerbong, halah kok kursinya penuh semua, saya duduk dimana ini. Sambil membawa tas gunung yang super berat, saya clingak clinguk nyari kursi kosong tapi yang terlihat hanya kursi yang berisi muka-muka kusam para penumpang yang sedang molor. Akhirnya saya terpaksa harus berdiri ditengah-tengah kursi yang penuh. Halah.

Yasudah, saya pikir saat itu mungkin didepan bakalan ada orang yang turun dan saya bisa ngisi kursi yang ditinggalkan. Namun apa yang terjadi, disetiap pemberhentian bukannya ada yang turun tapi malah banyak yang nambah naik. Alaah kereta makin sesak dan pengap dengan bau apek ketek-ketek penumpang. Semakin jauh memasuki wilayah Jawa , semakin banyak yang naik. Semakin sulit bergerak dan semakin memusingkan. Bayangkan jam-jam tidur nyenyak bermimpi ria tapi ini harus berhadapan dengan desak mendesak dalam kereta. Ya Tuhan, hati mulai gelisah tak karuan, jangan-jangan bakalan berdiri sesak begini sampai Solo.

Jam makin pagi, isi kereta makin aneh dan mencengangkan. Saya sempat shock dan sedikit stres. Didalam kereta mulai bermunculan pedagang. Ada pedagang nasi kuning, mie rebus, pop mie, roko kopi, lanting jajanan jawa, acessoris, kain, batik, kue basah dan lain-lain. Ada juga pengemis, tukang sapu dan lain-lain. Alamaak pertama kali naik kereta, langsung disuguhi pemandangan beginian. Ini sih bukan angkutan umum tapi lebih mirip barak (camp) nazi yang dipenuhi manusia-manusia sekarat. Ini seperti medan perang, bukan sebuah angkutan.

Saking penuh sesaknya, saya tak bisa lagi bergerak sekedar untuk menggaruk pantat yang gatal. Para pedagang dan pengemis terus berlalu lalang bolak balik menjajakan dagangannya silih berganti. Saya pikir ini kereta angkutan apa bukan si?. Ini kok kereta gini amat ya!. Ini perkeretaan punya aturan ga si?. Saya ini bukan binatang lho, saya ini manusia pengguna angkutan umum yang butuh pelayanan. Ini pemerintah ngapain aja si dikantor, jangan-jangan kerjanya cuma madang doang. Ah sudahlah.

Makin lama saya semakin pusing, pegel dan ingin muntah. Sudah setengah dari perjalanan saya berdiri. Ternyata kereta ekonomi itu lambat kaya keong, lelet. Dulu saya berpikir kalau kereta itu ngebut dan cepat sampai, tapi ternyata tidak. Kenyataannya super lemot. Oh mungkin karena kereta ekonomi kali ya.

Hari terlihat semakin terang, saya mulai bergerak mencari udara segar. Namun yang terjadi, penumpang lain semakin agresif. Saya mulai terdesak dari posisi nyaman, saya semakin terseret oleh arus pergerakan penumpang lain dan pada akhirnya saya terpojok di wc kereta yang sudah rusak. Alamaak bau bener wc nya. Saya tersingkir dari posisi semula. Semakin jauh dari posisi teman geng saya.

Stres, ingin marah dan kesal. Tersiksa dengan bau wc. Kereta tak kunjung kosong. Saking pusingnya, saya sampai ketiduran di wc. Tuhan mungkin masih sayang kepada saya, saya diberi tidur setengah pulas untuk melewati setengah lagi siksaan ini. Berkat tertidur, saya berhasil melewati sisa siksaan ini. Saya lupa dengan temang geng saya, entah dimana mereka, mereka tak terlihat karena kereta super penuh.

Suara solo balapan pun terdengar, nah ini tujuan saya. Alhamdulillah skhirnya sampai juga. Selamat tinggal kereta mengerikan, selamat tinggal neraka jahannam.

Konon saat ini kereta ekonomi sudah membaik, rapi dan lebih manusiawi. Entahlah, saya belum naik kereta lagi setelah itu. 

Monday 13 March 2017

Persyaratan Membuat SIM C dan Pembayaran Pajak Motor



Persyaratan membuat SIM C di Kabupaten Kuningan:

Dengan jalan Tes:
1. Membuat kartu sidik jari Rp. 10.000,-
2. Tes kesehatan Rp. 32.000,-
3. Fotocopy KTP 2 lembar Rp. 2.000,-
4. Isi formulir pendaftaran
5. Mengikuti tes tulis
6. Mengikuti tes praktek (mengemudi)
7. Jika lolos maka akan dilanjutkan dengan sesi pemotretan dan membayar biaya administrasi Rp. 100.000,-


Dengan jalan nembak (calo)

1. Membuat kartu sidik jari Rp. 10.000,-
2. Tes kesehatan Rp. 32.000,-
3. Fotocopy KTP 2 lembar Rp. 2.000,-
4. Isi formulir pendaftara
5. Pemotretan dan bayar biaya administrasi Rp. 500.000,- (dulu mah Rp. 400.000, sekarang naik :D )




Persyaratan membayar pajak motor tahunan di Samsat Kabupaten Kuningan:

1. Fotocopy KTP 2 lembar (lampirkan juga yang aslinya) Rp. 1.000
2. Fotocopy STNK 2 lembar (lampirkan juga yang aslinya) Rp. 1.000
3. Fotocopy struk pembayaran tahun lalu 2 lembar (lampirkan juga yang aslinya) Rp. 1.000
4. MAP warna biru Rp. 4.000 (isi formulir MAP nya dengan identitas lengkap anda)
5. Nomor 1 s/d 4 sudah disediakan di kantor Samsat bagian fotocopian
6. Pajak motor tahun sekarang naik Rp. 10.000 dari jumlah pajak tahun lalu


*) Catatan:

1. Untuk memperpanjang STNK dan Plat Kendaraan 5 Tahun, persyaratannya tinggal ditambah fotocopy BPKB kendaraan dan melakukan pemeriksaan rangka kendaraan (gratis). Kalau dulu bayar Rp. 5.000
2. Untuk plat kendaraan yang baru, biasanya saat ini tidak bisa langsung jadi karena kadang besi plat stock nya kosong. Tapi jika beruntung, plat nya bisa langsung jadi hari itu juga. Dulu bayar Rp.5.000, kalau sekarang mungkin sama :D


Semoga bermanfaat.

Tuesday 7 March 2017

Ser Banser (NU), Nasibmu



Hmm... Seketika hatiku terhenyut membaca tulisan Pak Muhammad Sholihin di facebook, beliau mencurahkan pengalamannya dekat dengan Banser-banser NU yang ikhlas bela Agama Gusti Alloh dan perdamaian bangsa. Semoga Gusti Alloh selalu melimpahkan segala Rahmat dan Karunianya kepada para Banser, Aamiin Ya Alloh.

Setelah meminta izin untuk copas tulisannya, selanjutnya saya sajikan dalam uraian dibawah.

Pemilik tulisan ini adalah Bapak Muhammad Sholihin
https://www.facebook.com/muhammad.sholihin.7792?fref=ufi&rc=p
***


Sebagai Nahdliyyin saya sering bersentuhan dengan Banser. Pengajian rutin, akbar, karnaval, penanggulangan bencan, mantu sampai parkirpun mereka terlibat. Duh saya sebagai warga negara merasa kapiran kalau tidak ada Banser.


Saya sering iseng menggoda mereka dengan meminta rokok, "Mas minta rokoknya mas" kataku. Mas Banser inipun meraba-raba kantongnya di baju tebal seragamnya. Satu menit kira-kira dia baru berhasil mengeluarkan bungkusan rokok. Ketika disodorkan padaku ternyata tinggal dua batang yang sudah bengkong hampir putus karena tertekan-tekan dalam kantong sempitnya. Itupun JISAMSU yang dapat dihisap sampai batas maksimal karena tidak berfilter.



Aduh... Gagah-gagah demikian rokoknya eceran. Betul juga guyonan KH. Hasyim Muzadi, mereka hanya mampu membeli rokok eceran. Dalam acara-acara pengajian dan lainnya merekapun diberi konsumsi paling akhir, ya itupun kalau snack dan makanan berat sudah cukup untuk tamu-tamu dan jamaah tentunya. Kalau tidak ya makan seadanya.



Pernah ketika saya ndereake pak kiyai di kabupaten Semarang, dijemput delapan Banser yang menaiki empat motor. Ada yang gendut, gagah tapi motornya bebek kuno Yamaha. Untuk melancarkan perjalanan kiyaiku, empat pembonceng membawa peluit satu-satu. Mereka meniup bergantian untuk menyibak kemacetan jalan. Yah jangankan sirine, sumpritan saja kayaknya sudah berkarat.



Bayangkan, malam mengawal dan mengamankan acara, pagi mereka harus bekerja mencari nafkah. Ada tukang panggul, buruh tani, buruh pabrik, guru, tukang batu atau kuli batu. Demi khidmah pada guru dan kiyai mereka rela berpayah-payahan. Mungkin dirumahnya hanya tersedia beberapa liter beras saja. Tapi juga ada dosen, pedagang, dan bahkan doktor yang golongan ini sebagai pendonor cigarete atau jajan mereka.


Selama ini kemanapun saya blusukan di Jateng selalu menjumpai Banser. Setiap keramaian di pantura maupun jawa bagian selatan. Dalam penanggulangan bencana, Masya Alloh tanpa upah tanpa bayaran mereka berkhidmah pada masyarakat dilapisan apapun.

Hah... Kalau sejarah perjuangan membela negara janganlah bertanya lagi. Cikal bakalnya selalu aktif melawan penjajah. Apalagi masa revolusi 65, betapa besar jasanya meskipun setelah lahir orde baru mereka digencet segencet-gencetnya. Namun tak melawan tak mengeluh, tetap berkhidmah pada masyarakat.

Kini ketika NKRI terancam, merekapun tak mau bertumpang dagu pura-pura dungu. Nahi munkar dengan mencegah provokator kerukunan umat yang berkoar-koar di masjid. Mereka tidak tega ulamaknya diperolok-olok dan dijelek-jelekkan sebagai ahli bid'ah. Mereka tidak rela Pancasila sebagai kesepakatan ummat dilecehkan. Bukan hanya rokok dua gelintir taruhannya, tapi juga nyawa mereka.

Hah anehnya, pak Prof. Mahfud sang guru besar yang dikagumi mereka malah melihat sinis. Menyayangkan mereka dan dikabarkan di seantero dunia lewat tweetnya. Aduh kasian kang-kang banser, jasamu tak terlihat dari penggede-penggede jakarta yang selama ini kita tokohkan. Tapi saranku jangan surut, penghargaan Gusti Alloh Ta'ala jauh lebih besar dari pujian seorang pengamat. Lillahi ta'ala lillahi ta'ala.

Semoga amalmu diterima oleh Gusti Alloh, dan rizqimu lancar sehingga dapat memondokkan atau menyekolahkan anakmu sampai jadi profesor, dan yang jelas semoga rokokmu tidak dibeli dengan harga eceran. 

Niku dawuh Yai Ubed Suriyah Jateng.
Bravo Banser.